Friday, November 29, 2013

GPTD: Ahmad Ammar Dalam Kenangan (1993 - 2013)



Ammar - pejuang Islam Malaysia popular di Turki dengan gelaran 'syahid yang tertangguh'


Ahmad Ammar - Digelar sahabat-sahabatnya sebagai “Syahid Yang Tertangguh”. 

Ahmad Ammar Ahmad Azam telah pergi menemui Tuhannya pada usia 20 tahun di dalam kemalangan jalan raya lima hari yang lalu di Istanbul, Turki. Beliau memilih bidang sejarah di Universiti Marmara dengan mendapat biasiswa Kerajaan Turki. Semangatnya untuk mendalami sejarah Uthmaniyyah dan melihat Kerajaan Islam kembali tertegak selari dengan cita-cita ayahanda dan bondanya. 

Sememangnya beliau dilahirkan di dalam keluarga yang mementingkan ilmu, ibadah, dakwah dan pengorbanan. Ayahandanya Tuan Haji Ahmad Azam Abdul Rahman, mantan Presiden Abim sudah tidak asing lagi bagi para pendakwah dan gerakan Islam di Malaysia. Ahmad Ammar satu-satunya anak lelaki kepada pasangan Tn. Hj Ahmad Azam Abdul Rahman dan Puan Nur Azlina Aziz. 

Sungguh bagi remaja semuda Ammar, untuk mendengar alunan Quran sebagai halwa telinga mungkin menjadi pilihan yang terakhir sekali. Namun tidak untuk Ammar. Beliau dikhabarkan keluar rumah setelah membaca al-Quran dalam tempoh yang panjang.
















Malah pada usia semuda itu beliau telah menyertai pelbagai misi kemanusiaan di beberapa negara di dunia. Misi ke Syria begitu menyayat hati, seolah-olah Ammar tertinggal hatinya di Syria. Meskipun letupan demi letupan meletus di kiri dan kanan malah terlalu hampir dengan hospital tempat penginapan mereka, namun Ammar teguh tidak gentar ingin terus membantu Syria. 

Allahu Akbar! Sejak pulang dari Syria itulah sahabat-sahabat menggelarnya “Syahid yang Tertangguh”. Alangkah bertuahnya ayahanda dan bonda beliau kerana dapat menyaksikan sendiri perjalanan terakhir seorang anak dengan pengakhiran yang baik.

Ribuan manusia memenuhi Masjid Abu Ayyub al-Ansari, malah dimakamkan berhampiran sahabat agung Rasulullah saw iaitu Abu Ayyub al-Ansari yang berjihad untuk membebaskan Konstantinopel dahulu. Seorang sahabat menulis, Ammar adalah “Muhajir” dan menjadi tetamu kepada Abu Ayyub al-Ansari. 

Subhanallah indahnya “tawafuk” yang disusun Allah dan bukan kebetulan. Sekiranya kita masih mengingati sejarah hijrah Rasulullah s.a.w dari Makkah ke Madinah, bukankah Baginda Rasulullah s.a.w menjadi tetamu di rumah Sayyidina Abu Ayyub al-Ansari?

Bukankah unta baginda s.a.w dengan hidayah Allah telah memilih rumah Abu Ayyub al-Ansari tidak yang lain? Secara simboliknya Ahmad Ammar Ahmad Azzam berhijrah menuntut ilmu dari Malaysia ke Turki seperti hijrahnya Baginda s.a.w dari Makkah ke Madinah. 















Takdir Allah menentukan Sayyidina Abu Ayyub al-Ansari terpilih untuk memuliakan Rasulullah s.a.w di rumahnya, begitu jugalah Ahmad Ammar menjadi tetamu kepada Sayyidina Abu Ayyub al-Ansari di permakaman Eyup, Turki. Inilah rezeki beliau yang pastinya amat menggembirakan ayahanda dan bondanya yang kesedihan.


Janji Allah amat jelas di dalam ayat 100 surah al-Nisa’ :

“…Dan sesiapa yang keluar dari rumahnya dengan tujuan berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudia ia mati, maka sesungguhnya telah tetap pahala hijrahnya di sisi Allah. Dan Allah itu Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.”

Subhanallah, pada pagi kejadian, Ammar keluar menuju rumah pelajar-pelajar baru dari Asia Tenggara dengan semangat untuk berkongsi ilmu dan bermuzakarah Rasail Nur karangan Imam Bediuzzaman Said Nursi. 

Malah catatan terakhirnya dan dimasukkan ke dalam beg sandang beliau berbunyi : “Perlu ada keredhaan Allah dalam amalan kalian. Sekiranya Allah redha sedangkan seluruh dunia berpaling daripadamu, maka itu tidak penting. Jika Dia telah menerima amalanmu sedangkan seluruh makhluk menolak maka ia tidak memberi apa-apa kesan pun… Kerana itu lah sepatutnya hanya redha Allah semata-mata yang menjadi tujuan utama di dalam khidmat dakwah ini.” Namun seperti yang dicatatkan ayahandanya Tn. Hj. Azam beliau sempat melintasi jalan, namun kehilangan imbangan badan dan terjatuh lalu dirempuh sebuah ambulans. 















Beliau pergi pada usia 20 tahun, penuntut tahun dua Universiti Marmara. Beliau amat rindukan syahid. Rupa-rupanya Ahmad Ammar ini telah pun menyaksikan bidadarinya sehingga beliau tidak lagi menoleh ke kiri atau ke kanan dalam mengejar cita-citanya.

Beliau terus berkhidmat untuk berdakwah dan tekun beramal sehingga pada tarikh itu berakhirlah tugasan beliau di bumi yang fana ini. Alhamdulillah kerana Allah dengan kasih sayang-Nya masih memelihara agama ini dengan adanya remaja-remaja seumpama Ammar. Masyaallah Tabarakallah! Al-Fatihah. - aiyangdisayang

ammar syahid tertangguh

Monday, November 25, 2013

SAY INSTEAD


https://fbcdn-sphotos-e-a.akamaihd.net/hphotos-ak-frc3/1460274_182158785322952_720839909_n.jpg

KUIH SAGU



BAHAN BAHAN
1)  Sagu ( biji )  – di basuh dan toskan ( 1 cawan )
2 ) Air ( 2 3/4  cawan ) ( 2 cawan + 3/4 cawan lagi ) ( kalau nak keras sikit boleh letak 2 1/2 cawan je )
3)  Gula ( ¾ cawan)
4 ) Pewarna merah ( bright red ) ( 1 sudu kecil )
5) Daun pandan di simpul ( 1 helai )
6 ) Kelapa parut putih – di gaul dengan sedikit  garam ( 1 cawan ) ( anggaran )

CARA CARA
1) Didihkan air bersama daun pandan dan pewarna merah
2) Apabila air mendidih masukkan sagu dan gula dan masak hingga sagu menjadi jernih dan pekat
3) Keluarkan daun pandan dan masukkan adunan ke dalam loyang  ( size 7 ) yang telah di lapik dengan plastik @ acuan kecil yang di sukai
4) Kukus selama 20 minit.
6) Sejukkan kueh ,  barulah dipotong dan gaul dengan kelapa parut putih yang telah di gaul dengan sedikit garam
kak zu semanis gula

Thursday, November 7, 2013

Kisah Seorang Putri Sholihah yang Menakjubkan

::: Kisah Seorang Putri Sholihah yang Menakjubkan :::

Kisah seorang wanita yang bernama 'Abiir yang sedang dilanda penyakit kanker. Ia mengirimkan sebuah surat berisi kisahnya ke acara keluarga mingguan "Buyuut Muthma'innah" (rumah idaman) di Radio Qur'an Arab Saudi, lalu menuturkan kisahnya yang membuat para pendengar tidak kuasa menahan air mata mereka.

Kisah yang sangat menyedihkan ini dibacakan di salah satu hari dari sepuluh terakhir di bulan Ramadhan lalu (tahun 2011). Berikut ini kisahnya –sebagaimana dituturkan kembali oleh sang pembawa acara DR Adil Alu Abdul Jabbaar- :

Ia adalah seorang wanita yang sangat cantik jelita dan mengagumkan, bahkan mungkin tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kecantikannya merupakan tanda kebesaran Allah. Setiap lelaki yang disekitarnya berangan-angan untuk memperistrikannya atau menjadikannya sebagai menantu putra-putranya. Hal ini jelas dari pembicaraan 'Abiir tatkala bercerita tentang dirinya dalam acara Radio Qur'an Saudi "Buyuut Muthma'innah". Ia bertutur tentang dirinya:

"Umurku sekarang 28 tahun, seorang wanita yang cantik dan kaya raya, ibu seorang putri yang berumur 9 tahun yang bernama Mayaa'. Kalian telah berbincang-bincang tentang penyakit kanker, maka izinkanlah aku untuk menceritakan kepada kalian tentang kisahku yang menyedihkan….dan bagaimana kondisiku dalam menghadapi pedihnya kankerku dan sakitnya yang berkepanjangan, dan perjuangan keras dalam menghadapinya. Bahkan sampai-sampai aku menangis akibat keluhan rasa sakit dan kepayahan yang aku rasakan. Aku tidak akan lupa saat-saat dimana aku harus menggunakan obat-obat kimia, terutama tatkala pertama kali aku mengkonsumsinya karena kawatir dengan efek/dampak buruk yang timbul…akan tetapi aku sabar menghadapinya..meskipun hatiku teriris-iris karena gelisah dan rasa takut. Setelah beberapa lama mengkonsumsi obat-obatan kimia tersebut mulailah rambutku berguguran…rambut yang sangat indah yang dikenal oleh orang yang dekat maupun yang jauh dariku. Sungguh…rambutku yang indah tersebut merupakan mahkota yang selalu aku kenakan di atas kepalaku. Akan tetapi penyakit kankerlah yang menggugurkan mahkotaku…helai demi helai berguguran di depan kedua mataku.

Pada suatu malam datanglah Mayaa' putriku lalu duduk di sampingku. Ia membawa sedikit manisan (kue). Kamipun mulai menyaksikan sebuah acara di salah satu stasiun televisi, lalu iapun mematikan televisi, lalu memandang kepadaku dan berkata, "Mama…engkau dalam keadaan baik..??". Aku menjawab, "Iya". Lalu putriku memegang uraian rambutku…ternyata uraian rambut itupun berguguran di tangan putriku. Iapun mengelus-negelus rambutku ternyata berguguran beberapa helai rambutku di hadapannya. Lalu aku berkata kepada putriku, "Bagaimana menurutmu dengan kondisiku ini wahai Mayaa'..?", iapun menangis. Lalu iapun mengusap air matanya dengan kedua tangannya, seraya berkata, "Waha mama…rambutmu yang gugur ini adalah amalan-amalan kebaikan", lalu iapun mulai mengumpulkan rambut-rambutku yang berguguran tadi dan meletakkannya di secarik tisu. Akupun menangis melihatnya hingga teriris-iris hatiku karena tangisanku, lalu aku memeluknya di dadaku, dan aku berdoa kepada Allah agar menyembuhkan aku dan memanjangkan umurku demi Mayaa' putriku ini, dan agar aku tidak meninggal karena penyakitku ini, dan agar Allah menyabarkan aku menahan pedihnya penyakitku ini….

Keeseokan harinya akupun meminta kepada suamiku alat cukur, lalu akupun mencukur seluruh rambutku di kamar mandi tanpa diketahui oleh seorangpun, agar aku tidak lagi sedih melihat rambutku yang selalu berguguran… di ruang tamu…, di dapur…di tempat duduk…di tempat tidur…di mobil…tidak ada tempat yang selamat dari bergugurnya rambutku.

Setelah itu akupun selalu memakai penutup kepala di rumah, akan tetapi Mayaa putriku mengeluhkan akan hal itu lalu melepaskan penutup kepalaku. Iapun terperanjak melihat rambutku yang tercukur habis. Ia berkata, "Mama..kenapa engkau melakukan ini ?!, apakah engkau lupa bahwa aku telah berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu, dan agar rambutmu tidak berguguran lagi?!. Tidakkah engkau tahu bahwasanya Allah akan mengabulkan doaku…Allah akan menjawab permintaanku…!!, Allah tidak menolak permintaanku…!!. Aku telah berdoa untukmu mama dalam sujudku agar Allah mengembalikan rambutmu lebih indah lagi dari sebelumnya…lebih banyak dan lebih cantik. Mama…sudah sebulan aku tidak membeli sarapan pagi di sekolah dengan uang jajanku, aku selalu menyedekahkan uang jajanku untuk para pembantu yang miskin di sekolah, dan aku meminta kepada mereka untuk mendoakanmu. Mama…tidakkah engkau tahu bahwasanya aku telah meminta kepada sahabatku Manaal agar meminta neneknya yang baik untuk mendoakan kesembuhanmu??. Mamaa…aku cinta kepada Allah…dan Dia akan mengabulkan doaku dan tidak akan menolak permintaanku…dan Dia akan segera menyembuhkanmu"

Mendengar tuturan putriku akupun tidak kuasa untuk menahan air mataku…begitu yakinnya ia…, begitu kuat dan berani jiwanya…lalu akupun memeluknya sambil menangis…".

Putriku lalu duduk bertelekan kedua lututnya menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya berdoa agar Allah menyembuhkanku sambil menangis. Ia menoleh kepadaku dan berkata, "Mama..hari ini adalah hari jum'at, dan saat ini adalah waktu mustajaab (terkabulnya doa)…aku berdoa untuk kesembuhanmu. Ustadzah Nuuroh hari ini mengabarkan aku tentang waktu mustajab ini." Sungguh hatiku teriris-iris melihat sikap putriku kepadaku... Akupun pergi ke kamarku dan tidur. Aku tidak merasa dan tidak terjaga kecuali saat aku mendengar lantunan ayat kursi dan surat Al-Fatihah yang dibaca oleh putriku dengan suaranya yang merdu dan lembut…aku merasakan ketentaraman…aku merasakan kekuatan…aku merasakan semangat yang lebih banyak. Sudah sering kali aku memintanya untuk membacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Naas kepadaku jika aku tidak bisa tidur karena rasa sakit yang parah…akupun memanggilnya untuk membacakan al-Qur'an untukku.

Sebulan kemudian –setelah menggunakan obat-obatan kimia- akupun kembali periksa di rumah sakit. Para dokter mengabarkan kepadaku bahwa saat ini aku sudah tidak membutuhkan lagi obat-obatan kimia tersebut, dan kondisiku telah semakin membaik. Akupun menangis karena saking gembiranya mendengar hal ini. Dan dokter marah kepadaku karena aku telah mencukur rambutku dan ia mengingatkan aku bahwasanya aku harus kuat dan beriman kepada Allah serta yakin bahwasanya kesembuhan ada di tangan Allah.

Lalu aku kembali ke rumah dengan sangat gembira…dengan perasaan sangat penuh pengharapan…putriku Mayaa' tertawa karena kebahagiaan dan kegembiraanku. Ia berkata kepadaku di mobil, "Mama…dokter itu tidak ngerti apa-apa, Robku yang mengetahui segala-galanya". Aku berkata, "Maksudmu?". Ia berkata, "Aku mendengar papa berbicara dengan sahabatnya di HP, papa berkata padanya bahwasanya keuntungan toko bulan ini seluruhnya ia berikan kepada yayasan sosial panti asuhan agar Allah menyembuhkan uminya Mayaa". Akupun menangis mendengar tuturannya…karena keuntungan toko tidak kurang dari 200 ribu real (sekitar 500 juta rupiah), dan terkadang lebih dari itu.

Sekarang kondisiku –Alhamdulillah- terus membaik, pertama karena karunia Allah, kemudian karena kuatnya Mayaa putriku yang telah membantuku dalam perjuangan melawan penyakit kanker yang sangat buruk ini. Ia telah mengingatkan aku kepada Allah dan bahwasanya kesembuhan di tangan-Nya…sebagaimana aku tidak lupa dengan jasa suamiku yang mulia yang telah bersedekah secara diam-diam tanpa mengabariku yang merupakan sebab berkurangnya rasa sakit yang aku rasakan.

Aku berdoa kepada Allah agar menyegerakan kesembuhanku dan juga bagi setiap lelaki atau wanita yang terkena penyakit kanker. Sungguh kami menghadapi rasa sakit yang pedih yang merusak tubuh kami dan juga jiwa kami…akan tetapi rahmat Allah dan karuniaNya lebih besar dan lebih luas sebelum dan susudahnya"

(Diterjemahkan oleh Firanda Andirja, semoga Allah menyegerakan kesembuhan bagi ukhti 'Abiir) (www.firanda.com)

https://www.facebook.com/KisahTeladanSejarahIslam?directed_target_id=0

APABILA ZINA LEBIH MUDAH DARIPADA KAHWIN Prof Madya Dato’ Dr Mohd Asri Zainul Abidin

Antara peruntuh nilai-nilai baik dalam kehidupan manusia hari ini adalah apabila dimudahkan yang haram dan disukarkan yang halal. Sedangkan Islam menyuruh kita... 
http://bit.ly/1bbT3je

Saturday, November 2, 2013